Friday, June 10, 2011

BANGSA INGGRIS DI ASIA TENGGARA


Bangsa Inggris di Malaysia

1.       Kedatangan Bangsa Inggris ke Malaysia

Tahun 1709 Inggris mendapatkan pulau penang dari Sultan kedah (Sultan Abdullah) sebagai imbalan bagi Inggris yang telah melindungi kerajaan kedah dari ancaman Slangor dan Siam. Selanjutnya tahun 1800 Inggris memperoleh daerah Provinsi of Wellesley di pantai kedah.

Disaat terjadinya Revolusi Prancis dan Perang Napoleon di Eropa terjadi perubahan, dimana tentara Napoleon menduduki Belanda dan seluruh jajahan Belanda di Asia Tenggara menjadi milik Prancis. Sebagai lawan Napoleon, Inggris menggunakan kesempatan ini merebut Malaka dari tangan Belanda (1795) dan tahun 1811 Inggris mendarat di Batavia dan mengusai daerah jajahan Belanda di Indonesia. Dengan kekalahan Napoleon maka berakhirlah perang di Eropa dan Inggris pun menjadi penguasa terkemuka di Eropa Barat, tapi pada permusyawaratan negera-negara pemenang dalam Convention of London 13 Agustus 1814, Inggris mengembalikan semua jajahan yang direbutnya dari Belanda. Di Indonesia Inggris hanya menduduki Bengkulu dan Malaka kembali pada Belanda.

Pada 28 januari Raffles dan Farqurah mendarat di Singapura dan mendapatkan pulau ini tahun 1819 melalui perjajian dengan Sultan Johor, tapi Belanda tidak menyetujui pendudukan Singapura oleh Inggris, akhirnya persoalan ini diselesaikan dalam Treaty of London (17 Maret 1824), dimana Belanda menyerahkan Malaka dan Singapura pada Inggris, sedangkan bengkulu yang dikuasai oleh Inggris di berikan pada Belanda. Singapura yang mulai berkembang muncul sebagai pelabuhan yang ramai dan menjadi urat nadi perdagangan di Asia.

Tahun 1826 pulau Pinang, Malaka dan Singapura disatukan Inggris dalam satu wilayah kekuasaannya yang disebut Straits Settlements (Wilayah pemukiman selat Malaka) yang berpusat di pulau Pinang, kemudian dipindahkan ke Singapura tahun 1832. Wilayah kekuasaan Ingris ini menjalankan pemerintah secara langsung dan daerah ini merupakan basis Inggir untuk meluakan daerah kekuasaannya ke pedalaman.

Inggris berusaha memperluas daerah kekuasaannya menanamkan pengaruhnya di Malaya secara perlahan dan bertahap agar tidak timbul perlawanan Sultan-sultan Malaya, dimana Sultan akan menerima Residen Inggris sebagai Penasehat dalam pemerintah dan semua urusan administrasi dan keuangan harus dijalankan menurut nasehat Residen selain urusan dapat dan agama. Perjanjian pangkor menujukkan perubahan politik secara langsung atau tidak langsung mengurangi kekuasaan Sultan sebagai kepala Negara dan Inggris telah mengambil ahli kewajiban-kewajiban politik dari Sultan dan Bangsawan Melayu, dimana urusan adapt dan agama di Serahkan seluruhnya pada Sultan. Perdagangan pun hamper seluruhnya berada di tangan Inggris. Setelah berhasil menetapkan Residen Inggris berusaha menyatukan kerajaan-kerajaan itu di bawah Resident-General yang mengapalai semua Residen masing-masing kerajaan. Tahun 1896 Keempat kerajaan (Perak, Selangor, Negeri sembilan dan pahang yang pada tahun 1874 dan 1888 melakukan perjajian pada Ingris dan menerima Residen) menanda tangani Treaty of Federation, yang menyatakan tergabung dalam federasi dan mengakui Residen-General.sejak itu mereka berada di bawah pemerintahan pusat yang bercorak persekutuan yang dikenal dengan Negeri-negeri Melayu bersekutu (Federated Malay States), sedangkan Johor, Kedah, Perlis, Kelantan dan Trenggono yang dikuasai Siam diserahkan pada Inggris (1909), tapi mereka menolak bergabung karena takut kehilangan kekuasaan di negerinya masing-masing, maka mereka disebut Unfederated Malay States.

2.       Reaksi Bangsa Malaysia Terhadap Inggris

Imigrasi Cina dan India ke Malaya menyebabkan penduduknya menjadi heterogen (Cina 42%, Melayu 40%, India 10%, Arab dan lainnya 8%, sedangkan Singapura 80% penduduknya Cina). Inilah yang menjadi salah satu factor tidak adanya reaksi yang besar seperti bangsa-bangsa Asia Tenggara lainnya. Dengan kata lain bahwa Nasionalisme orang Melayu lemah.

Orang Melayu sendiri terbagi kepada golongan bangsawan, petani kecil dan nelayan. Golongan bangsawanlah yang diharapkan menjadi pelopor orang Melayu untuk memperjuangkan kemerdekaan. Namun golongan ini diperalat oleh Inggris, sedangkan golongan petani dan nelayan tidak dapat menimbulkan rasa nasionalis karena pendidikan dan ekonominya yang terbelakang.

Dibandingkan dengan orang Melayu kedudukan ekonomi orang Cina sangat baik karena mereka memegang posisi penting dalam bidang ekonomi, sedangkan orang India hanya hidup dari bekerja di tambang dan kebun karet. Apalagi antara orang Melayu yang beragama Islam tidak bisa bersatu dengan India dan Arab yang beragama Islam, karena kedudukan ekonomi mereka yang berbeda, dimana India dan Arab lebih kaya disbanding Melayu.

Walaupun demikian Malaya hidup aman dan tentram, namun keadaan ini berubah setelah munculnya Jepang di Malaya.

3.       Nasionalisme Malaya

Pendudukan Jepang yang kejam membuat penduduk lari ke hutan-hutan dan menyusun pasukan gerakan di bawah tanah. Mereka bersatu dan membentuk gerakan yang bernama The Malayan People’s Anti Japanese Army (MPAYA) yang dipimpin oleh Cheng Peng (Komunis), selain dari MPAYA ada juga Comunist Party Malaya (CMP), Cina Nasionalis (Kuomintang) dan Kesatuan Melayu Muda (KMM) serta tentara Inggris yang terjun paying di hutan-hutan ikut membantu.

 Selama gerilya Inggris berjanji kepada MPAYA untuk memberikan pemerintahan yang demokratis kepada Malaya nantinya, namun pendudukan Jepang di Malaya telah menghidupkan dan mempercepat pertumbuhan semangat kebangsaan dikalangan rakyat, khususnya orang Melayu. Mereka mulai sadar bahwa mereka tidak seharusnya terus menerus memuja Inggris yang dating dengan tujuan menghisap kekayaan negeri mereka. Nasionalisme ini dipersubur oleh Jepang dengan meniupkan sentiment anti Barat dan anti Inggris.

Dengan jatuhnya Jepang dan Inggris kembali ke Malaya (September 1945), Ingris membentuk BMA (British Military Administration atau pemerintahan militer Inggris) untuk mengurus pemerintahan Malaya, sedangkan Straits Settlements dibubarkan, namun BMA berlangsung 7 bulan karena tidak disukai oleh rakyat dan diganti oleh Inggris menjadi Malayan Union (1946). Malayan Union ini dibentuk untuk menyatukan semua kerajaan-kerajaan di Semenanjung bersatu dengan penang dan Malaka di bawah Gubernur Inggris. Tapi Malayan Union juga ditentang oleh orang Melayu dengan menyatukan semua organisasi Melayu dan terbentuklah Organisasi nasional Kesatuan Melayu (UMNO = United Malay National Organization) tanggal 11 mei 1946 dibawah pimpinan Dato’ Onn bin Jaafar yang merupakan persatuan 48 organisasi termasuk MNP (Partai Nasional Melayu pimpinan Dr.Burhanuddin) yang ikut menentang keras pelaksanaan Malayan Union karena menghapuskan kedaulatan raja-raja dan digantikan dengan kedaulatan raja Inggris, ditambah lagi Inggris merasa semua bangsa yang tinggal di negeri ini akan diberi hak dan layanan yang sama, akibatnya orang Melayu akan ditenggelamkan oleh orang Cina dan India yang mereka anggap orang asing, apalagi kesetiaan mereka diragukan terhadap Malaya. Selain organisasi orang-orang Melayu ada juga organisasi non-Melayu “All Malayan Council of Joint Action (AMCJA) oraginasasi ini merupakan gabungan organisasi non-Melayu yang berdiri 22 Desember 1946 dibawah pimpinan Tun Tang Cheng Lock yang juga ikut menentang Malayan Union.

Akhirnya Malayan Union ini pun diakhiri pada 31 januari 1948 dan diganti dengan federation of Malaya atau persekutuan tanah Melayu yang didirikan pada 1 Februari 1948, dimana ditentukan kedaulatan raha-raja dikembalikan seperti dahulu dan semua kerajaan yang ada di Malaya menjadi anggota persekutuan yang dikepalai oleh seorang ketua dengan gelar menteri Besar yang dipegang oleh orang Melayu. Namun Persatuan Tanah Melayu ini tidak disetujui orang non-Melayu karena tidak turut serta dalam perundingan. Mereka yang tidak puas ini terutama Cina yang berfaham komunis melakukan pemberontakan komunis (juni 1946) yang diorganisir oleh Partai Komunis Malaya (PKM) dibawah pimpinan Ching Pen.

Pecahnya pemberontakan komunis di Malaya menyebabkan pemerintah melarang beberapa buah partai yang terlibat. Dan untuk memecah orang Cina yang memihak PKM pemerintah mendirikan “Malayan Chinese Association MCA)” (1948) untuk menyalurkan hasrat politik mereka.

Tahun 1952 terjadinya persekutuan antara UMNO dengan MCA dan tahun 1954 India Malayan Congress (MIC) ikut bersatu dan tahun 1955 partai aliansi ini mendapatkan kemenangan, sejak itu Persekutuan Tanah Melayu menjadi negara yang berpemerintahan sendiri.


Bangsa Inggris di Singapura

1.      Kedatangan Bangsa Inggris ke Singapura

Pada 28 januari 1819 Rafles menyewa singapura pada sultan Johor. Tapi menimbulkan ketegangan dengan Belanda maka diselesaikanlah dengan Traktat London (1824), semenjak itu Singapura resmi menjadi wilayah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1832 singapure menjadi pusat pemerintahan Straits Settlements. Setelah PD II selesai dan Inggris kembali ke Malaya Straits Settlements dihapuskan (1946). Dan didirikannya Malaya Union (1946), singapura dikeluarkan dari Semenanjung Tanah Melayu sehingga menjadi koloni sendiri di bawah Gubernur.

2.      Nasionalisme Singapura

Dalam rangka memberikan kekuasaan kepada rakyat, maka pada maret 1948 diadakan pemilu pertama untuk memilih 6 wakil yang akan duduk dipemerintahan. Pemilu kedua diadakan (1951), dalam pemilu kedua ini suara rakyat semakin diperkuat melalui jumlah wakil rakyat yang semakin bertambah. Pada April 1955 pemilihan umum pertama diadakan dan dimenangkan oleh panrtai buruh pimpinan David Marshal, namun kemenangan ini ditentang oleh Partai Aksi Rakyat, Partai Demokrat dan Partai Progresif, sehingga Marshal meletakkan jabatanya dan digantikan oleh Lim Yew Hoch sebagai perdana mentri


Bangsa Inggris di Brunei Darussalam

Tahun 1847 Sultan Brunei mengadakan perjanjian dengan Inggris untuk memajukan hubungan dagang dan kerja sama dalam menumpas bajak laut. Hal ini merupakan langkah awal Inggris menguasai Brunei. Tahun 1888 Brunei menjadi daerah Protektorat (Perlindungan) Inggris dan tahun 1906 di tempatkan residen di sana. Perekenomian di Brunei ini menghasilakan keuntungan yang besar bagi Inggris terutama hasil dari minyak di Brunei.

Setelah PD II Inggris kembali ke Brunei dan Inggris pun memberikan otonomi yang luas pada Brunei dimana semua urusan dalam negeri dikuasai oleh Sultan dan luar negeri Inggris yang bertanggung jawab. Pos residen dihapuskan dan seorang komisaris Tinggi diangkat yang bertanggung jawab mengenai hubungan antara Inggris dan Brunei.

Setelah memrintah selama 17 tahun, Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien (Sultan ke 28) turun tahta dan digantikan oleh putranya yang tertua yaitu Sultan Hassanul Bolkiah, sebagai sultan ke 29.
    

Bangsa Inggris di Myanmar

1.      Kedatangan Bangsa Inggris ke Myanmar

Pada masa imperium Inggris di India mengalami perkembangan , waktu itulah pasukan Birma menyerang kedudukan dan daerah-daerah kekuasaan Inggris di derah sebelah barat Assam. Hal ini menimbulkan peperangan antara Inggris dengan Birma dan Birma pun dikalahkan oleh Inggris tahun 1885 dan menduduki Mandalay ibu kota kerajaan Birma setelah Birma di keasai maka Inggris menggabungkan Myanmar dengan India, sehingga pemerintahan di Myanmar disamkan dengan India apapun perubahan yang terjadi di India di ikuti dengan perubahan yang sama di Birma.

Tahun 1930 sistem pemerintahan ”dyarchy” yaitu pemerintahan yang dilaksanakan secara bersama oleh dua penguasa diperkenalkan di Birma, sehingga Myanmar akan berstatus sebagai provinsi dibawah Gubernur yang dibantu oleh dewan eksekutif, hal ini merupakan langkah awal menuju pemerintahan sendiri. Tahun 1928 Komisi Simon meninjau perubahan ini  dan memilih pemesihan Myanmar dari India. Pemisahan ini menghasilkan undang-undang pemrintahan Myanmar tahun 1935 dan Birma langsung diperintah oleh raja Inggris melalui kemetrian Myanmar di London. Perubahan konstitusi jua dilakukan Gubernur hanya bertanggung jawab dengan urusan luar negeri, pertahanan, politik dan moneter sedangkan masalah-masalah lain harus minta nasehat pada para mentri yang bertanggung jawab pada dewan legislatif.

2.      Reaksi Bangsa Myanmar Terhadap Inggris

Dengan digabungkannya India dengan Myanmar dan pemerintahan di Myanmar disamakan dengan pemrintahan di India. Hal ini tidak menimbulkan reaksi dari rakyat Myanmar, mereka menerima saja pemerintahan yang disamakan dengan India oleh Inggris.

3.      Nasionalisme Myanmar

Nasionalisme Myanmar kurang militant dan keras. Apalagi mereka hidup sebagai petani kecil dengan penghasilan rendah. Dan munculnya tekanan-tekanan dari penjajah mengakibatkan reaksi yang dari rakyat. Didorong oleh semangat Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905, maka tahun 1906 berdirilah “Young Man’s Budhist Association (YMBA) yang bergerak dibidang keagamaan dan kebudayaan dibawah pimpinan Biksu Budha yang bernama Vottama, sedangkan organisasi bidang politik muncul tahun 1919 “General Gouncil of Burmese Association” (GGBA). Tahun 1920 mulai muncul aksi-aksi yang keras dari rakyat menentang kekuasaan Inggris. Aksi pemogokan dan baikot telah dilancarkan dan dipelopori oleh mahasiswa-mahasiswa Rangon dan pada tahun itu muncul pula sebuah organisasi yang bernama Wun Tanu. Selain ditujukan pada Inggris juga ditujukan pada orang India dan Cina yang menyuasai Ekonomi Myanmar. Pada tahun 1921 GCBA menuntut pemrintahan sendiri, lepas dari India.
Ketidakpuasan rakyat terhadap sikap Inggris terlihat pula dengan pencahnya pemberontakan Sayasan (1930). Pemberontakan ini dilancarkan oleh kaum tani yang menderita di Myanmar Hilir. Setelah pemberontakan ini Inggris mengadakan Komperasi meja Bundar antara Inggris, Myanmar dan India. Hasilnya lahirlah “Government of Burma Act” (1935), dimana Myanmar dipisahkan dari India (dilaksanakan 1937). 

Tahun 1936 adanya organisator pemogokkan mahasiswa di Universitas ranggoon yang dipelopori oleh Aung San, setelah itu dia menjadi pemimpin Dobama Asiayone. Tahun 1937 nasionalis Myanmar menjadi lebih ekstrim dan anti Inggris, dengan lahirnya organisasi yang bersifat radikal “Dobama Asiayone” (Kami bangsa Burma). Dan muncul pula partai Thakin yang merupakan kelompok golongan nasionalis revolusioner. Disebut Partai Thakin karena anggotanya memiliki gelar Thakin (Lord atau Tuan). Diantara anggotanya ada yang mengadakan kotak dengan partai komunis India dan mempropagandakan doktri-doktrin komunis.

Menjelang PD II gerakan nasionalisme Myanmar semakin agresif menentang Inggris. Pada tahun 1939 mereka mengadakan perjajian rahasia dengan Jepang dimana Jepang menjajikan kemerdekaan kepada Myanmar bila Inggris dapat di usir, maka pada tahun 1940 30 Thakin pergi ke jepang termasuk aung san pergi ke jepang atas undangan konsul Jepang di Rangoon. Dijepang merak menerima intrsuksi-instruksi yang harus dilaksanakan apabila Jepang melancarkan serang kapada Myanmar. Mereka kembali bersama-sama dengan tentara Jepang yang berhasil mengusir inggris di Myanmar.


Sumber
Hall. D.G.E.1984. “Sejarah Asia Tenggara”. Kuala Lumpur : Dewan Pustaka dan
Bahasa.
Ramli, Tahhar. “Hand-Out (Sejarah Asia Tenggara)”. Jurusan Sejarah, Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang.
Welly Farida. 2000. “Hand-Out (Sejarah Asia Tenggara)”. Jurusan Sejarah, Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang.
Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Feedage Grade C rated
Preview on Feedage: nail-art-polish-2012 Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki