Friday, May 6, 2011

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN


A.     Aliran Klasik
Yang termasuk aliran klasik yaitu : 
1.  Aliran Empirisme
    Empirisme berasal dari bahasa latin, asal katanya empiri yang berarti pengalaman. Aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704), filosof kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya “Jabularasa” (meja berlapis lilin yang belum ada tulisannya di atasnya. Dengan kata lain, seseorang yang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis, maka pendidikan yang akan menulisnya.

    Menurut konsepsi empirisme ini, pendidikan adalah peran yang paling penting membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Menurut John Lucke (dalam Bleshen, 1970) hal-hal yang perlu diperlukan dalam pendidikan adalah :
    a.       Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin.
    b.      Pembiasaan dan latihan lebih penting dari pada peraturan, perintah atau nasehat.
    c.       Anak didik harus diamati lebih dekat untuk melihat :
    1)      Apa yang tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya.
    2)      Hasrat-hasrat apa yanga sangat kuat.
    3)      Kecendrungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu.
    d.      Anak harus dianggap makhluk rasional.
    e.       Pelajaran disekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana kemarin.

    2. Aliran Nativisme
      Nativisme berasal dari bahasa latin, asal kata “natives“ berarti terlahir. Aliran ini dipelopori oleh Sckophenhauer (Jerman). Dia berpendapat “pendidikan ialah membiarkan seseorang tumbuh berdasarkan pembawaannya”.

      Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. Pendidikan yang diberika tidak sesuai dengan pembawaan seseorang, tidak aka nada gunanya untuk perkebangannya. Aliran ini disebut aliran pesimis.

      3. Aliran Nataralisme
        Nataralisme berasal dari bahasa latin, dari kata “nature” artiya alam, tabiat dan pembawaan. Pelopornya J.J Rousseau (1772-1778) (Peracis). Aliran ini dinamakan juga nagativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik.

        Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Kalau akan juga diberikan pendidikan hendaklah dikembangkan aturan-aturan masyarakat yang demokratis, sehingga kecendrungan alamiah anggota masyarakat dapat terwujud, untuk menjaga agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak diragukan.

        Pelopor aliran ini memberi gagasan dalam bukunya yaitu “semua adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk ditangan manusia”, maksudnya yaitu kodrat atau alam manusia adalah baik, masyarakat adalah buruk dan untuk memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam masyarakat orang wajib kembali kealam atau kodrat.

        4. Aliran Konvergensi
          Konvergensi berasal dari bahasa inggris, asal katanya “Convergency” artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini dipelopori oleh William Stern, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman dalam tahun 1871-1937. aliran ini mempertemukan dua aliran yang berlawanan antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan.

          William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju satu titik pertemuan, sebagai berikut :

          Pembawaan
          Hasil pendidikan
          Lingkungan    

          Jadi menurut teori konvergensi :
          1)      Pendidikan mungkin dilaksanakan.
          2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang buruk.
          3)      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

          B.     Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pendidikan di Indonesia Pemikiran dan Praktek
          Aliran Pendidikan klasik dikenal di Indonesia melalui upaya pendidikan, terutama disekolah Belanda pada masa penjajahan Belanda dan disusul oleh orang Indonesia yang belajar di Belanda pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia.

          Meskipun dalam hal tertentu sangat di utamakan bakat dan potensi anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan di usahakan secara optimal. Dengan kata lain, meskipun pandangan empirisme dan natipisme tidak sepenuhnya ditolak, tapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eklektis fungsional yaitu diterima sesuai dengan kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.

          Khususnya dalam latar persekolahan, terdapat sejumlah penadapat yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat dididik tapi juga dapat mendidik dirinya sendiri. Hubungan pendidik dan peserta didik seharusnya adalah hubungan yan setara antara dua pribadi, meskipun yang satu lebih berkembang dari yang lain, hubungan kesetaraan dalam interaks edukatif tersebut harus diarahkan menjadi suatu hubungan yang transksional, suatu hubungan antara pribadi yang memberi peluang baik peserta didik yang belajar mepun pendidik yang ikut belajar.

          Dalam UU-RI no.20 1989 tentang SISDIKNAS, peran peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya itu telah diakui dan dilindungi.

           
          Ping your blog, website, or RSS feed for Free
          Feedage Grade C rated
          Preview on Feedage: nail-art-polish-2012 Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
          Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
          Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki