Showing posts with label Women's History. Show all posts
Showing posts with label Women's History. Show all posts

Tuesday, July 12, 2011

"Kuntilanak Wangi"

 Beberapa Pertanyaan Tentang "Kuntilanak Wangi"



1.      Coba jelaskan apa yang dimaksud Saskia dengan judul bukunya “Kuntilanak Wangi: Organisasi-organisasi Perempuan Setalah 1950”..??

      Menurut Saskia “Kuntilanak Wangi” merupakan sebutan umum yang ditujukan untuk perempuan dari berbagai kalangan organisasi yang terdapat pada masa orde baru, mereka pergi menggunakan becak atau mobil, mengenakkan busana yang paling bagus, giat menjalankan politik pemerintahan orde baru.

      Mereka berasal dari organisasi perempuan yang dibentuk oleh pemerintah orde baru yang anggotanya merupakan istri-istri dari para pegawai negeri seperti Dharma wanita (istri pegawai negeri sipil) dan  Dharma Pertiwi (istri agkatan bersenjata) serta PKK program untuk kesejahteraan keluarga. Semua organisasi ini berada dibawah tangan pemerintah. Orgaisasi ini membentuk wanita sebagai mana kodratnya terhadap suami, keluarga dan masyarakat. Sehingga kegiatan yang mereka lakukan itu yakni masak-memasak, jahit-menjahit arisan dan lain-lain.

      Di tingkat daerah organisasi perempuan dihimpun bersama dalam stu organisasi yakni GOWS (Gabungan Oragaisasi Wanita Surakarta) anggotanya terdiri dari lapisan menengah atau lapisan atas masyarakat.

      Dalam ursan arisan tersebut mereka menabung bersama kemudian diundi, disaat mendapatkan undian mereka mendapatkan uang yang cukup banyak, di lain waktu mereka uang arisan ini dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang mempertinggi gengsi para anggota arisa tersebut.

2.      Berdasarkan literature yang diperoleh tentang sejarah perempuan, kenapa terjadi ketimpangan dalam penulisan sejarah, khususnya di Indonesia..?? jelaskan berdasarkan pendapat sendiri dari sudut pandang historiografi dan metodologi sejarah..

      Dalam penulisan sejarah Indonesia dapat dilihat isinya lebih menonjolkan kaum laki-laki, walapun kadang perempuan ditampilkan tapi perempuan tersebut hanya sebagai pelengkap saja, karena sejarah selalu memihak dan hanya untuk kepentingan kaum laki-laki saja. Perempuan hanya sebagai peran tambahan dalam penulisan sejarah tersebut. Karena selama ini hanya terdapat perspektif patriakhis, yang menerangkan bahwa peran tersebut bukanlah pekerjaan kaum perempuan.

      Kajian sejarah Indonesia dalam masalah jender masih langka di Indonesia, study-study perempuan masih terbatas dan tema-temanya tentang pemberdayaan perempuan yang lebih mengutamakan perspektif feminisnya ketimbang jender. Sementara study sejarah Indonesia hampir keseluruhannya sangat didomonasi oleh pria sebagai actor utamanya. 

      Dalam kajian sejarah Indonesia terdapatnya paradigma yang keliru tentang perempuan serta paradigma yang membudaya dunia laki-laki (public) beda dengan perempuan (Domistik) dan kelangkaan sumber-sumber tentang sejarah perempuan. serta adanya konstruksi perbedaan laki-laki dengan perempuan berdasarkan sosial-budaya.

3.      Jelaskan bagaimana pendapat tentang gerakan perempuan Indonesia selama orde baru. Didukung oleh literatur..??

      Pada masa orde baru pemerintah itu sendiri yang membentuk organisasi perempuan yang anggotanya terdiri dari para istri pegawai negeri sipil (Dharma Wanita) dan istri para angkatan bersenjata (Dharma Pertiwi) serta organisasi  program kesejahteraan kelurga (PKK) dan Gows (Gabungan Organisasi Wanita Surakarta). Sehingga organisasi ini dipegang oleh pemerintah sehingga pemerintah tersebut mengawasinya dengan ketat. Organisasi ini dibentuk dalam tujuan politik dari pemerintahan orde baru tersebut, yakni untuk mendukung Golkar dalam pemilu.

Organisasi ini bertujuan untuk membentuk perempuan sesuai dengan kodratnya sehingga yang kegiatan yang mereka lakukan tidak lebih dari kegiatan-kegiatan ibu rumah tangga atau masalah domestic yakni kursus-kursus untuk kebutuhan rumah tangga seperti masak-memasak, jahit-mejahit, buat kerajinan tangan, ikut dalam program KB dan  belajar bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma susila dan lain-lain.

Sehingga dengan kesibukan perempuan tersebut, kaum perempuan ini tidak perlu lagi ikut dalam birokrasi, dalam proses pembangunan dan tidak perlu ikut dalam politik yang tertuju pada kaum miskin seperti organisasi pada masa orde lama tersebut. Di sini mereka hanya perlu menjadi istri yang baik, penurut dan mengasuh anak yang taat. (Literatur “Kuntilanak Wangi : Organisasi perempuan Indonesia sesudah 1950”. Saskia Wieringa)

4.      Dalam sebuah harian kompas 21 April 2001, Julia I Suryakusuma menulis artikelyang berjudul “Kebaya sebagai Identitas, Ekspresidan Operasi” (Renungan Perempuan di Era Globalisasi). Coba jelaskan dari sudut pendekatan sinkronik dan diokronik dari perspektif study sejarah kritis dari artikel ini..??

      Zaman penjajahan Belanda kebaya dipakai oleh istri bangsawan/raja, sedangkan kelas bawah yang memkainya adalah pembantu dan petani. Zaman ini kebaya dijadikan sebagai pembeda perempuan diberbagai kalangan. Motif dari kebaya tersebut pun berbeda-beda. Dan cara memakainya pun sangat sulit sekali

      Zaman Pendudukan Jepang kebaya dipakai oleh para nyai-nyai yang akan menghibur tentara Jepang. Setelah merdeka kebaya pun tetap dipakai, namun cara memakainya lebih didikte oleh aturan-aturan yang ketat. Namun ditahun 1970-an adanya sekelompok perempuan ternama ingin merubah kebaya tradisional menjadi “kebaya modern” yang tidak harus memakai sanggul dan kain batik tapi boleh dengan rambut pendek, rok, celana, jins dan hotpants dan muncul lagi pada tahun 2000-an. 

      Masa orde lama kebaya dipakai oleh para istri diplomat dan birokrasi dalam suatu acara Negara (hari kemerdekaan).Masa orde baru kebaya mempunyai trend seragam cerminan dari militerisasi. Pegawai negeri pria memakai biru kopri, seangkan ibu Dharma wanita menggunakan kebaya warna yang sama di atas kain batik yang motifnya juga seragam.

      Masa sekarang pun kebaya masih dipakain, bahkan menjadi trend yang bahan dan batiknya lebih baik dan bagus.
       
5.      Jelaskan bagaimana konstribusi perempuan Minang Kabau pada masa Gerakan nasional, Khususnya pada masa awal abad ke-20 bila dilihat dari sudut sejarah nasional, terbentuknya nation-state…??

      Pada abad ke-20 konstribusi perempuan Minang Kabau sangat besar sekali, dimana adanya Siti maggopoh yang ikut berperan fisik dalam perang melawan kolonialisme Belanda. Hal ini merupakan langkah awal terbentuknya semangat nasionalisme para perempuan untuk menentang para penjajah Belanda di Minang Kabau atau diwilayah lainnya di nusantara. Dengan semangan inilah nantinya dapat menghalau dan memerangi Belanda yang mendatangkan penderitaan di Indonesia, dari sinilah akhirnya bermunculan para permpuan yang ikut dalam memerangi pejajah yang ada di nusantara hingga Indonesia merdeka.

Saturday, July 9, 2011

KARTINI : DIPUJA DAN DIGUGAT


Yang Pertama :

            Dalam artikel ini penulis menyampaikan berbagai tanggapan masyarakat tentang R.A Kartini dimana terdapatnya pertentangan menganai R.A Kartini sebagai pahlawan nasional. Dalam artikel ini ada yang pro dan ada yang kotra terhadap R.A Kartini sebagai pahlawan  nasioanal, baik yang pro maupun yang kontra mereka mempunyai alasan masing-masing menurut fakta dan analisis mereka dalam memadang  R.A Kartini.

            Mereka yang pro menganggap bahwa gagasan dari R.A Kartini tersebut membawa perubahan bagi kaum perempuan baik dalam bidang pendidikan, dalam rumah tangga dan dalam adat-istiadat yang berlaku pada masa itu. Dia berusaha untuk menutut kesejajaran perempuan dengan kaum laki-laki dalam belajar dan pendidikan. Sehingga dapat dilihat bahwa dia yang pertama berusaha untuk membangkit semangat emansipasi wanita dalam tulisannya.

            Sedangkan yang kotra setidaknya terdapat 3 gugatan terhadap R.A Kartini tersebut yakni : pertama, dia mau dimadu, sedangkan dia benci terhadap poligami. Kedua, keraguan terhadap surat-surat R.A Kartini tersebut yang sangat indah dalam sastra dan memiliki daya observasi yang tajam terhadap situasi dan kondisi zaman itu, sehingga orang mempertanyakan kemampuan seorang anak berumur 14 tahun mampu menulis seperti itu. Ketiga, sikap kartini yang jawa sentris.

            Sehingga sikap pro dan kotra terhadap R.A Kartini tersebut membuat problematic penghargaan kepahlawanan terhadap R.A Kartini. Sehingga penulis menyatakan melihat kartini sesuai dengan zamannya yakni cobalah memandang sikap kartini tersebut disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi pada zamannya. Bukan dibandingkan dengan zaman sekarang.

Yang Kedua :

R.A Kartini lahir dari golongan ningrat Jawa, dia merupakan keturunan dari keluarga yang cerdas. Sampai umur 12 tahun dia mendapatkan pendidikan di ELS (Europese Lagere School) pendidikan Belanda di sana dia belajar bahasa Belanada. Setelah itu dia dipingit, karena dia bisa bahasa Belanda maka dia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-temannya di Belanda. Selain itu dia juga banyak membaca, mengulas dan membandingkan satu karya denga karya lain, dia juga membaca berbagai macam sastra. Dan ketika dia dipaksa untuk menikah, dia tidak bisa menolak karena dia sangat menghormati ayahnya dan pada waktu itu ayahnya sedang sakit-sakitan sehingga dia berusaha untuk bernegosiasi terhadap calon suaminya untuk tetap diperbolehkan melanjutkan cita-citanya membuka sekolah bagi perempuan Jawa dan calon suaminya pun setuju. Kartini juga bertekad mendidik anak-anak Bupati agar tumbuh menjadi orang yang tidak menomorduakan perempuan. Dengan kata lain, ia menggunakan “perkawinan paksa”-nya dengan Bupati sebagai jalan untuk terus melanjutkan perjuangannya. Jadi, ia tetap konsisten sampai akhir menolak untuk toleran terhadap adat Jawa yang feodal maupun kebiasaan poligami yang dipraktikan pria-pria Muslim di Jawa. Pada masa ini adat-istiadat jawa sangat melekat sekali. 

Dan dilihat dari waktunya R.A Kartini hidup dalam periode zaman perubahan diawal abad ke 20 yang dikenal sebagai zaman politik etis. Zaman itu adalah dekade keemasan kaum liberal Belanda. Tokoh-tokoh pejuang swasta non Pemerintah menguasai kegiatan bidang sosial dan politik. Pemberontakan fisik baru saja berakhir di Aceh. Figur perlawanan kemudian beralih pada pejuang organisasi sosial dan politik dalam memperjuangkan kondisi seimbang antara penjajah dan yang dijajah. Sifatnya  antara lain adalah perjuangannya emansipasi  untuk menuntut persamaan hak dimuka hukum. Ini termasuk kaum perempuan. Sehingga dapat dari surat-surat R.A Kartini tersebut dimana melalui suratnya tersebut dia menyampaikan fikirannya menganai nasib perempuan dia menutut persamaan hak permpuan yang setara dengan laki-laki bidang pendidikan. Dan dia berusaha untuk menanggalkan adat-istiadat yang mengikat perempuan sehingga menghambat kemajuan perempuan tersebut.

Yang Ketiga :

Seorang pahlawan mempunyai banyak criteria, tergatung dari sudut mana kita memadangnya, seorang dikatakan sebagai seorang pahlawan tidak hanya dengan membela Negara dengan bercucurkan keringat atau pengabdiannya terhadap negara, tetapi juga mencerdaskan  masyarakat umum tanpa embel-embel negara, atau hanya memerangi VOC atau  Belanda atau Inggris, dan negara-negara yang melakukan konfrontasi  dengan  Indonesia.

Dan menurut saya kartini tersebut layak dijadikan sebagai pahlawan, walapun dia tidak bercucurkan darah dan memegang senjata seperti pejuang perempuan lainnya yang ikut berperang melawan penjajah. Namun menurut saya penanyalah yang menjadi senjata tajamnya melalui surat-suratnya tersebut dia berusaha untuk membangkitkan emansipasi terhadap perempuan terhadap persamaan hak dengan laki-laki dan sikapnya menutut kebebasan persamaan hak dengan laki-laki dalam mengunyah jejang pendidikan dan menghapuskan adat jawa yang menghambat kemajuan kaum perempuan. Ini dibuktikan dengan dia mendapatkan bantuan dari suaminya untuk mendirikan sekolah bagi perempuan.

Walupun RA Kartini dianggap hanya berbicara untuk ruang lingkup Jawa saja, tak pernah menyinggung suku atau bangsa lain di Indonesia/Hindia Belanda. Pemikiran-pemikirannya dituangkan dalam rangka memperjuangan nasib perempuan Jawa, bukan nasib perempuan secara keseluruhan. Walaupun demikian ide-idenya dianggap menyeluruh secara nasional karena mengandung sesuatu yang universal.

Ide-ide pikiran inilah yang sangat megangukan masyarakat banyak, sehingga dia diberi gelar pahlawan nasional.


Tuesday, June 28, 2011

ISLAM, PEREMPUAN dan SEJARAH INDONESIA


           Menurut Stuers kedudukan perempuan dahulu tinggi seperti adanya Ratu His-mo tahun 674 M di Jawa. Pada masa Majapahit bermunculan pula sejumlah tokoh perempuan seperti Rajapatni dan Ratu Tribuwana yang sangat memegang peranan penting dalam politik. Bahkan pada tahun 1429 Ratu Suhita naik tahta. 

            Kedudukan tinggi perempuan bukan saja di Jawa tapi juga diseluruh nusantara yang mengandalkan kehidupannya pada sector pertanian, dimana perempuan berperan aktif dalam organisasi ekonomi. 

            Menurut Lombard dia mengatakan adanya kemerosatan citra perempuan yaitu pada syair Bidasari, syair Ken Tambuhan dan syair Yatim Nestapa. Hal ini terjadi semenjak datangnya islam ke Indonesia. 

Pengaruh islam sangat berpengaruh besar terhadap kedudukan perempuan, perempuan mulai dibatasi dalam bidang pemerintahan, sehingga sedikit demi sekarang perempuan mudur dari panggung pemerintahan, olitik serta ekonomi. Hal ini terjadi karena kebudayaan dan tradisi Islam yang masuk di Indonesia. 

Namun menurut Raid, walapun masih ada perempuan yang berkiprah di bidang politik seperti Ratu Kalimayat, Ratu di Banten abad ke-18, selain itu Nyai Gede Wonogiri dan lain-lain serta Bundo kandung di Minang Kabau. Selain itu dibidang perdagangan seperti pasar-pasar, kios-kios dan penukaran uang dan bahkan perempuan ikut sebagai perintis gerakan perempuan Indonesia seperti Cut Nya Dien, Cut Meutiah dan lain-lain, bahkan mereka menjadi pahlawan perempuan.

Pada saat tumbuhnya lembaga-lembaga Independen di zaman pergerakan, perempuan muslim terlibat di dalamnya seperti Muhammadiyah dan Serikat Islam serta Aisiyah, Sarekat Perempuan Islam Indonesia dan lain-lain pada awal abad 20. selain itu di Minang Kabau adanya tokoh perempuan Rahmah El Yunusiah.

Hal ini merupakan langkah awal dalam sejarah pergerakan perempuan di Indonesia. Namun adat dan kebudayaan Islam tetap membuat kedudukan perempuan di segala bidang karena dibatasi oleh Al-Qura’an dan hadist.  
Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Feedage Grade C rated
Preview on Feedage: nail-art-polish-2012 Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki